Isa Bela Part 12

ISA BELA
#Part12

"Bel, do'akan aku ya! Hari ini ada penilaian akhir. Semoga bisa lancar dan sukses."

Itu pesan Isa yang dikirim sekitar seminggu lalu. Aku hanya menjawabnya dengan satu kata," Aamiin." Setelah itu sampai hari ini dia belum juga memberi kabar padaku. Pesan dan telepon sudah berulangkali ku kirimkan, tapi belum juga ada jawaban.

Aku mulai resah, menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. Semoga Isa baik-baik saja, di manapun dia berada kini.

*

Tiga minggu kemudian

"Bela, maafkan aku. Beberapa hari tidak mengirim kabar padamu. Itu karena aku sedang mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Alhamdulillah, Bel. Aku dapat peringkat 5, langsung di tempatkan di Bali. Coba aku bisa jadi nomor 1, Bel. Aku akan langsung di ajak bos untuk bekerja di Jepang."

Aku bingung mau jawab apa, apakah artinya Isa sekarang ada di seberang pulau sana? Yang berselisih waktu satu jam dengan waktu di sini?

Aku bingung, apakah harus senang atau sedih. Senangnya, Isa sudah bekerja, sesuai dengan usahanya untuk mencari sangu, katanya. Susahnya dia sekarang jauh. Apakah ini artinya, aku dan dia terjebak dalam hubungan jarak jauh atau LDR?

Tunggu-tunggu. Memangnya hubungan seperti apa yang sudah terjadi antara aku dan Isa? Kami belum menjalin apapun, baru sekedar teman, atau sahabat?

Aku benar-benar bingung.

**

Aku memang benar-benar bingung. Bagaimana bisa aku meneruskan kekagumanku padanya sebab jelas-jelas ada di kota yang berbeda. Aku tidak mau mempunyai kekasih yang tidak tinggal satu kota, karena pasti akan banyaj godaannya. Aku tak bisa berharap banyak atas perasaan ini. Apakah kekagumanku padanya akan kuhapus begitu saja? Ataukah inikah ujian pertama atas segala rasa yang kupendam agar aku menyatakannya segera?

Ah, rasanya aku masih berharap laki-laki dulu yang menyapa jika ini soal cinta. Apalah arti emoticon bunga yang kutaruh di setiap pesan untuknya jika itu tak berhasil membuat debaran hatinya merona? Ataukah mungkin aku harus mengirimkan secarik kertas bertulisan tanganku ke alamatnya di sana, agar segera dia baca apa yang seharusnya dia baca?

Aku tak tahu. Aku bingung. Kekagumanku telah mengerucut menjadi gunungan cinta. Cinta yang kini harus terpisah jarak dan jawab, karena aku sendiri belum tahu sepenuhnya apakah Isa juga mempunyai perasaan yang sama. Meski di setiap pesannya, aku sedikit menangkap lampu hijau itu jelas adanya.

Untuk apa di rutin berkirim pesan padaku jika itu bukan suatu pertanda adanya rasa. Untuk apa di seminggu sekali meneleponku meski aku tak tahu mungkin dia di sana mempunyai banyak sekali agenda, tapi dia menyempatkan. Demi aku. Demi aku yang sejak saat itu diam-diam sudah suka dan sayang padanya.

“Bela, kamu sedang apa?,” ujarnya di suatu pagi. Aku tersenyum, langsung sigap membalasnya dengan aneka kata ke dalam beberapa kalimat sampai harus berlayar-layar pengirimannya. Sudah sering Isa kirimkan pertanyaan itu padaku. Aku memang biasa bertanya dengan kalimat dengan maksud serupa. Hanya dengan kata yang sedikit berbeda.

“Bela, kamu lagi ngapain?,” pesannya padaku di suatu siang. Aku tersenyum. Banyak memang yang ingin kukatakan pada Isa, tapi aku belum sempat karena di sekitarku, entah siapa yang memulai, sudah mulai ada yang tahu jika aku memendam rasa padanya. Ah, apakah mungkin Mbak Naya yang menjadi biangnya. Mungkin dia merasa proses comblangannya sukses, jadi perlu mengabarkan kepada yang lainnya. Aku sih tidak apa-apa, anggap saja apa yang mereka sangkakakn padaku menjadi do'a. Do'a untuk aku dan Isa bisa bersama nantinya.

Kata mereka, aku memang cocok dengan Isa.

***

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#day21

#542kata
#CleverStory
Rumah Clever, Cilacap, 20 September 2018: 21.25.
Ibu Jesi.

****

Betty Clever
Betty Clever Lifestyle Blogger

Posting Komentar untuk "Isa Bela Part 12"