Hujan di Stasiun

Hujan di Stasiun
Oleh Betty Irwanti

Bella duduk di salah satu bangku ruang tunggu stasiun. Lama ia memandangi hujan yang baru saja turun. Awalnya hanya rintik, namun perlahan tapi pasti menjadi semakin deras, membuat lantai stasiun basah kuyup tersiram hujan.

Sepanjang perjalanan tadi memang suasana sudah gelap. Dugaan sebentar lagi hujan, ternyata benar.

Bella mengalihkan pandangan ke lelaki yang duduk di sebelahnya. Ia menyunggingkan senyuman termanis. Lelaki itu membalas dengan senyuman pula, lalu kembali menekuri gawai yang sejak tadi dipegangnya.

Bella kembali menatap hujan yang turun pagi ini, deras sekali. Seolah-olah kemarau yang hampir tujuh bulan mengiringi, hilang begitu saja. Seolah-olah hujan ini menghapus kekeringan yang hampir-hampir sudah terjadi.

Seperti itulah kehidupan, kadang kemarau bisa saja menyapa. Namun, kedatangan hujan adalah keniscayaan. Hujanlah peredam semua kekeringan.

*

5 bulan yang lalu,

Bella menggelar pesta pernikahan sederhana. Ia menikah dengan Brian, lelaki yang dikenal lewat seorang teman.

Hanya butuh beberapa bulan saja sejak ia berkenalan, hingga memutuskan untuk hidup bersama kemudian. Meski begitu, setelah menikah ia masih harus rela menjalin LDR-an. Bella di kota kelahiran, Brian di ibukota negara. Sungguh, jarak benar-benar telah memisahkan.

Penyesuaian demi penyesuaian dilakukan. Bella yang terbiasa hidup sendiri dan mandiri, harus rela untuk belajar memperhatikan Brian, yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya. Ia ingin menjadi seorang istri yang berbakti, bukan istri yang bertindak seenak hati. Perhatian terus ditunjukkannya meski sementara ini hanya dilakukan lewat media gawai.

Hubungan terpisah jarak kadang menimbulkan banyak riak. Komunikasinya dengan Brian akhir-akhir ini memang sedikit kacau. Apalagi kalau bukan sebab Long Distance Relationship. Disadari atau tidak solusinya hanya satu, saling mendekat.

Sesungguhnya, dalam hati Bella resah dan gelisah. Ia bingung ketika diberi pilihan oleh Brian, apakah akan tetap bertahan dalam cinta antar dua kota atau salah satu harus mau Resign dari pekerjaan.

Lama sekali ia harus mengingat dan menimbang. Sampai akhirnya ia mantap pada satu pilihan.

"Yang, aku ingin bicara hal penting. Adakah waktu untukku?" Bella mengetik pesan itu di WA kemudian dia kirimkan ke suaminya. Ia biasa memakai sapaan, "Sayang" atau disingkat "Yang" pada Brian.

Beberapa menit menunggu, Bella mendapatkan jawaban.
"Iya, Yang. Nanti malam aku telepon ya. Jangan sekarang. Aku masih sibuk,"

"Baiklah, Yang. Aku tunggu, ya!"

**

4 bulan yang lalu,

"Yang, jemput aku di stasiun ya! Malam ini aku pulang," Bella membaca pesan itu sejak siang.

Ia lalu membersihkan rumah dan menyiapkan makanan untuk suami tercintanya. Tak sia-sia usaha Bella belajar masak demi sang pujaan. Ia harus memberi kejutan untuk Brian. Begitu niatnya dalam hati.

Bella berdandan rapi sore ini. Berulangkali ia memandangi cermin untuk meneliti penampilannya, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Setelah dirasa sudah maksimal, ia ambil kunci motornya lalu menyalakan kendaraannya.

Sepanjang perjalanan, Bella merenungi satu hal. Tak terasa sudah lebih dari sebulan ia mengarungi bahtera rumah tangga dengan Brian. Meski sering salah paham, tapi sejauh ini hubungan tetap berjalan harmonis.

Ia sudah berusaha untuk keluar dari kerja yang sekarang. Tapi karena posisinya belum ada pengganti yang mumpuni, sementara ia harus bertahan demi kualitas perusahaan.

"Ah, lagi-lagi niat baik harus menemui rintangan. Aku ingin berbakti pada suamiku dengan menuruti apa maunya. Aku ingin jadi istri yang tinggal satu atap dengannya, bukan berjauhan seperti sekarang ini,"

Bella menggumam sembari tetap berkonsentrasi pada kendaraan dan jalan. Sampai di stasiun, rupanya kereta yang ditumpangi Brian belum datang.

Bella pun menunggu di ruang tunggu stasiun.

***

4 bulan telah berlalu sejak kepulangan Brian waktu itu. Tuhan mulai menunjukkan jalan atas niat baik Bella. Perusahaan telah berhasil merekrut pegawai baru. Hanya saja, masih harus didampingi oleh Bella dalam menyelesaikan segala tugasnya. Bella pun bersemangat.

Semangat seorang istri yang akan segera bertemu dan berkumpul satu atap dengan suaminya. Adakah perasaan yang sebegitu membahagiakan selain ini?

Bella mengabari suaminya. Akhir pekan, ia sudah bulat akan mengikuti suami tercintanya. Ia sudah ikhlas untuk pindah ke ibukota negara.

Bella pun bersiap. Ia kemas semua barang yang perlu dibawa. Weekend ini ia sudah harus naik kereta api menuju Jakarta. Brian akan menjemputnya di stasiun Jatinegara.

Rasanya menjadi adil. Biasanya ia yang menjemput dan menunggu suaminya di stasiun, kali ini Brian yang akan melakukan untuk Bella.

****

Stasiun Jatinegara, pagi ini.

Bella masih duduk di bangku stasiun. Lelaki dengan senyuman manis itu juga masih duduk di sebelahnya.

"Yang, kita menunggu hujan reda ya?"
Bella mengangguk. Lelaki itu melanjutkan perkataan, "tadi aku gugup soalnya, mantel di meja jadi lupa kubawa,"

"Iya, gak papa kok!" jawab Bella mendekat.

Brian berdiri menghampiri istrinya, "Kita sarapan pagi dulu aja yuk! Sini, biar aku yang bawa barang bawaanmu. Kamu pasti capek kan semalaman tidak tidur?"

Bella menurut, bangkit berdiri lalu menggandeng tangan Brian. Ia sudah bertekad untuk mengikuti langkah kaki suaminya kemanapun dia pergi.

*****

Tantangan ke-1: Membuat Cerpen Berlatar Stasiun Kereta Api untuk Kelas Fiksi ODOP6

Dibuat di Rumah Clever, 8 November 2018, 04.37.
Oleh Ibu Jesi.

#OneDayOnePost
#November
#Day8

Betty Clever
Betty Clever Lifestyle Blogger

34 komentar untuk "Hujan di Stasiun"

  1. Memang di mana ada suami di situ ada istri
    Jangan ldm kalau g superkepaksa wkk

    BalasHapus
  2. Duh romance yes. Dimana mana lagi banyak cerita romance. Lagi ngikut antologi romance juga nih wkwk. Makasih bun pencerahannya saya jadi dapat ide mau buat cerita apa hehe. Ngomong2 saya kalo jadi Bella sudah pasti ikut suami kemana pun hehe. Pegang erat biar gak diambil orang wkwkwk.

    BalasHapus
  3. Jadi flashback. Aku banget kisahnya, meski tak sama persis. 😊

    BalasHapus
  4. Mirip banget .pass mba .. Duhh terbawa suasana

    BalasHapus
  5. Sukaaa bangget baca romence,, LDR emank nyiksa yes hehe

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Baper, saya pernah hampir LDRan tapi suami lebih milih resign daripada di mutasi. Mudah2an bisa terus seperti ini. Aamiin

    BalasHapus
  8. Jadi pengen naik kereta kuda hahaha

    BalasHapus
  9. Manisss banget cerpen nya mba,, pengalaman LDR an dengan suami membuat kami belum dianugrahi anak, alhamdulillah setelah LDR bubar langsung hamil deh dan skrg si anak sdh usia 3 thn, alhamdulillah.... so sweeet endingnya...

    BalasHapus
  10. aku tinggalkan sandal... eh jejakku disini...

    BalasHapus
  11. Ah LDR..jadi ingat ketika merasakannya sewaktu pacaran dulu...
    Berattt wkwk..putus deh akhirnya..

    Cerita yang romantis ..suka bacanya mb..

    BalasHapus
  12. Ldr antar suami istri pasti berat banget ya 😄

    BalasHapus
  13. saya termasuk yang belum bisa LdR, kudu barengan terus sepaket gtu... jadi pengen nulis fiksi juga eum

    BalasHapus
  14. Cinta dan karir
    Selalu jadi pilihan dilematis

    BalasHapus
  15. Hujan memang penuh cerita dan kisah romantis di dalamnya

    BalasHapus
  16. Dari judulnya aja udah manis banget.. hujan Dan stasiun kereta..ahh selalu suka keduanyaa

    BalasHapus
  17. LDR nih... Btw kabar jogja baru ujan juga nih...

    BalasHapus
  18. Lanjut lagi ceritanya mba bet
    *kepo 😅

    BalasHapus
  19. Mba betty, kemarin aku yang kebagian review cerita ini ya... Maapin saya yang masih newbie ini udah sok memberi "kritik" padahal tulisan saya aja masih berantakan... 😅🙏

    BalasHapus
  20. Waduuh, ceritanya jadi mengingatkanku pernah LDR-an dg suami. Akhirnya aku yg mengalah dan kami berkumpul lagi. Malah curhat... Siip, cerita fiksinya. Lanjuuut

    BalasHapus
  21. Duuuh.. LDR ya? :(
    Sedih banget pasti kalau ldr sama suami. Hujan pun tak kan mampu mengguyur rindu.

    Kalau saya jadi Bella, saya pilih ngintil aja sama suami.

    Bagus mbak ceritanya. Sukak.

    BalasHapus
  22. Kalau udah sampai Jatinegara, mampirlah ke rumah, Mbak.karena rumah sy dekat haha..banyak fiksi, jadi kangen lama nggak bikin

    BalasHapus