Cinta Isa Bella

Ramadhan Writing Challenge
#RCO
#Day12
#OneDayOnePost
#Cinta

Cinta adalah sebuah emosi kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta juga dapat diartikan suatu perasaan dalam diri seseorang akibat faktor pembentuknya.

Cinta. Sebuah kata sarat makna. Ianya hadir tanpa diduga. Ia bisa datang tiba-tiba meski sebelumnya hanya ada kehampaan semata.

Disebabkan oleh cinta, dua pribadi yang tak saling mengenal sebelumnya bisa mendekatkan hati dua insan berjenis kelamin berbeda. Begitulah sunnahnya.

Seperti Ibu Jesi yang selalu merasa jatuh cinta pada suaminya, meski sudah hampir tujuh tahun usia pernikahan. Ia selalu berusaha mencintai apapun yang Ayah Jose sukai dan membenci apa yang suami tidak ridhoi.

Contohnya siang ini. Saat Ayah Jose harus menginap untuk acara tarawih bersama anak murid di Cilacap kota sana, Ibu Jesi harus rela di rumah saja bersama puteri kecilnya tercinta. Ayah Jose tidak mau anak dan istrinya menyusul seperti rencana sebelumnya karena itu akan membuat kerepotan bagi istrinya.

Ia tahu sejak pagi dan sampai setengah hari Bebi Jesi di rumah bersama Mbah Kakung dan Mbah Uti. Ibunya masih di acara pembukaan VCT Batch 4 yang kebetulan acaranya dihelat di sekolah yang berjarak dekat.

Ibu Jesi sangat bersemangat mengikuti acara itu bahkan ingin segera menyelesaikan semua tugasnya, padahal kuota saja masih harus beli dulu yang signale lancar jaya. Pusing pala barbie kan jadinya. Alhasil, agenda refreshing bulanan pun masih harus ditunda demi fokus dan konsentrasi yang harus dijaga.

Ibu Jesi melakukan semua karena cinta. Kecintaan pada suami membuatnya tidak melanggar perintahnya. Ia bisa saja nekat menyusul menggunakan sepeda motor segera setelah Bebi Jesi bangun dari tidur siangnya. Tapi itu tidak dilakukan. Ia lebih memilih tinggal di rumah.

Bayangkan jika ia egois lalu mengajak puteri kecilnya naik motor sejam perjalanan, bahkan sekalipun belum pernah ia lakukan. Ia selalu mengajak Ayah Jose saat harus bepergian membawa anak. Dia merasa tidak mungkin bisa sendirian. Kecuali jika Bebi Jesi sudah bisa duduk membonceng dengan aman di belakang. Saat ini jika bepergian Bebi Jesi jelas membutuhkan penjagaan yang ketat dalam perjalanan.

Biarkan Ayah Jose menikmati acaranya di sana. Biarkan ia fokus ibadah sebab jika di rumah ia lebih memilih fokus pada puteri semata wayangnya yang sangat lengket meski bertemu hanya saat sore sampai malam hari. Pagi buta ia harus sudah siap kembali bekerja dan mau tidak mau wajib menempuh jarak 41 kilometer dari Rumah Clever yang letaknya jauh di desa.

Biarkan Ayah Jose menikmati istirahatnya. Sebab beberapa malam ini Bebi Jesi menguras waktu tidur Ayah dan ibunya. Hanya karena Ibu Jesi tempat kerjanya dekat jadi itu tak menjadi masalah. Tapi bagaimana jika harus naik sepeda motor dulu satu jam baru sampai.

Ah, jangan dibayangkan. Itu berat. Biar Ayah saja. Itu bagian dari tanggung jawab dan cintanya pada keluarga. Bukankah cinta pada keluarga bisa juga diwujudkan serupa semangat menjemput rezeki demi menafkahi anak dan istri? Apapun jalannya. Menjemput rezeki yang halal insya allah akan membawa keberkahan jika didasari rasa pada cinta-Nya dan cinta pada keluarga.

Cintalah yang membuatnya menuruti permintaan Ibu Jesi untuk tidak kembali merantau ke tempat yang jauh apalagi ke luar negeri seperti yang dipersyaratkan sebelum menikah, dulu.

Cintalah yang membuatnya rela untuk tinggal bersama keluarga istri sembari menemani kedua mertua yang semakin hari semakin menua dengan mengawasi orang tua dari dekat meski tak satu rumah dengan mereka.

Ayah Jose tetap ingin membagi cinta dengan keluarga besarnya. Ibu Jesi memahami betul hal itu. Sebab komitmen yang telah disetujui bersama adalah ketika aku dan kamu menjadi kita maka, keluargamu akan menjadi keluarga kita.

Ibu Jesi merasa beruntung karena mendapatkan dua kakak ipar yang sudah dewasa. Ayah Jose juga merasa bahagia menjadi kakak ipar dari dua adik yang sudah dewasa pula.

Ayah Jose dan Ibu Jesi menjalani hidup penuh dengan cinta dan setia satu sama lainnya. Cinta pada keluarga itu yang utama. Sebab bisa saja dia egois, tapi Ibu Jesi tidak melakukannya. Bisa saja ia meninggalkan kedua orangtuanya demi sebuah pengabdian kepada suami. Tapi demi mewujudkan dua kata sakral "Birrul Walidain" maka jawaban Ayah Jose-lah sumber dari semua keikhlasan itu.

"Biarkan aku yang mengalah. Sebab jika kau mengalahkan kedua orang tuamu aku jauh lebih berdosa karena aku menjauhkan cinta diantara kalian semua. Biarkan aku membantu menjaga dan merawat mereka."

I love you so much Ayah Jose. You are my hero.

*

Aku mencintaimu suamiku, bahkan jauh sebelum dia menyadari bahwa aku diam-diam menyimpan perasaan padanya.

Aku mencintaimu suamiku, bahkan kami pernah mengalami kisah 24 jam terpisah tanpa cinta dan akhirnya dia harus kembali ke desa demi menghapus air mata nestapa.

Aku mencintaimu suamiku, sebab dia selalu setia sejak sebelum menikah meski jarak pernah memisahkan antara dua kota dan dua negara.

Sungguh, aku mencintainya sejak tujuh tahun sebelum kita menikah bahkan hingga kini.

Sungguh hatiku bergetar setiap melihatnya tertidur pulas setiap malam. Mataku sering berair tanpa dia ketahui. Aku sering berkata dalam hati, "Ya Allah. Inilah lelaki terbaik yang Kau kirim untukku. Inilah lelaki terbaik yang kau genapkan untuk menjadi cinta sejatiku."

Aku mencintaimu suamiku, karenanya aku ingin mengabadikan kisah cinta kami dalam sebuah karya buku solo perdana berjudul Isa Bella.

➖➖➖

Aku bergeming, mengangkat bahu. Tidak paham dengan apa yang terjadi. Mas Isa mengikuti beberapa orang tadi. Aku melanjutkan makan.

"Selamat malam teman-teman semua. Izinkan saya meminta perhatian sejenak. Saya ingin menyampaikan sesuatu hal untuk seseorang."

Aku bangkit dari tempat dudukku, mencari suara itu dan sangat terkejut kemudian. Ternyata di pojok ruangan ini ada panggung yang akan menyajikan hiburan. Itu dari banner yang bisa kubaca dari tempatku berdiri saat ini.

"Aku tahu malam ini kamu ada di sini. Aku yang membawamu ke sini. Bertahun-tahun aku telah meninggalkanmu. Menyeberangi lautan, demi sebuah cita-cita di masa depan,"

"Selama itu aku memahami bahwa kamu tak pernah menemukan cinta dan kesetiaan yang lain selain dariku. Meski banyak cinta yang yang mengelilingi di sekitarmu, tapi kau selalu membawa air matamu ke pelukanku meski aku jauh,”

“Semua hal yang ungkapkan padaku. Apakah itu rahasia, apakah itu biasa. Tapi aku tahu kamu sedikitpun tak pernah berbohong padaku itulah kejujuranmu yang sepenuhnya padaku,”

“Dari situlah kemudian aku bertekad akan selalu menjadi kekuatanmu. Aku ingin menjaga setiap harapan-harapan dan impianmu. Aku ingin bersamamu mempertahankan iman yang kadang bisa datang dan hilang. Aku ingin menjadi seseorang yang harus kamu hubungi setiap saat,”

“Aku tahu kamu sudah berdiri di sana selama ini. Dan inginkan aku untuk memelukmu. Dan kini telah tibalah waktu untukku akan memelukmu untuk selamanya. Menahan pelukanku dengan tepat nantinya kita berada,”

“Sampai hari ini hidupku berlalu. Ini janjiku padamu sejak hari itu. Sejak tujuh tahun yang lalu, saat Tuhan menunjukkan bahwa kaulah cintaku. Bahwa kaulah setiaku. Aku bertekad untuk mencintaimu selamanya,”

“Aku tak peduli dalam kehidupan sebelumnya apa yang terjadi antara aku dan kamu, atau keluargamu dan keluargaku. Aku berjanji tidak akan pernah lagi membuat hatimu terluka. Aku berjanji akan menyatukan keluarga kita. Karena saat kamu dan aku akan menjadi kita, maka keluargamu juga akan menjadi keluarga kita. Bukankah itu juga katamu?”

Aku meneteskan air mata. Sejauh apa yang dia bilang sungguh penuh dengan ketulusan. Dan dia tak sedang berpidato. Dia mengungkapkan semua tanpa teks. Tanpa contekan kata-kata. Sungguh aku sangat terharu. Padangan seisi ruangan fokus padanya dan padaku. Meski aku masih berdiri di dekat tempat dudukku.

“Aku tidak akan mengizinkan siapapun akan membuatmu terluka lagi. Sebab apapun. Karena aku tahu kamu orang baik. Sempurna bagiku. Ingat janjiku sayang. Ini bukan sekedar kata-kata dariku. Tapi kau telah miliki cinta dan setiaku. Aku telah memberikan hati sejak tujuh tahun yang lalu,”

“Percayalah hidup itu ujian. Jika hari kemarin dipenuhi banyak pertempuran. Maka saat ini adalah pertempuran yang sudah kita menangkan. Dan dengan janji ini kita akan selalu hidup bersama hingga selamanya. Sampai hari di mana hidupku berlalu. Aku berjanji padamu.”

Suara itu terhenti, Mas Isa berjalan ke arahku. Saat tepat berada di depanku dia menyayikan lagu yang memang sudah kuhapal. Lagu berjudul This I Promise You dari boyband legendaris kesukaanku, N’Sync.

➖➖➖


@RumahClever, Cilacap, 18 Mei 2019: 18.48.
Betty Irwanti Joko
Ibu Jesi
Nyi Bejo Pribumiluhur

#1282kata


Betty Clever
Betty Clever Lifestyle Blogger

Posting Komentar untuk "Cinta Isa Bella "